Kamis, 17 Januari 2013
Alur LoA Agrista
alur peraihan LoA Agrista bagi mahasiswa Agribisnis yang akan yudisium bisa di download di: http:// agribisnis.fp.uns.ac.id/ alur-peraihan-loa-bagi-mahasisw a-agribisnis
Rabu, 16 Januari 2013
Sandal Jepit Istriku
Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan. “Ummi… Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu. “Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem. “Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!” Jawabku masih dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak. *******
Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumahku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.
“Ummi… Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?” Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis,” batinku. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai. “Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak. Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah… ********
Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?” pinta isteriku. “Aduh, Mi… Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku. “Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,” jawab isteriku. “Lho, kok bilang gitu…?” selaku. “Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi. “Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan. *******
Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. “Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf W tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh. “Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. “Maafkan aku Wida,” pinta hatiku. “Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Widaku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. “Ini dia mujahidah ku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya.
Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri. Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Widaku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim! “Dhik…!” panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. “Abi…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini. “Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku. ****** Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, jazakallahu…,” ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan. Ah, Widaku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan ‘iffah (***) sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?
Senin, 14 Januari 2013
PEDOMAN PENULISAN E-JURNAL AGRISTA
1. Artikel
ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dalam bidang kajian masalah
Agribisnis.
2.
Artikel
ditulis dengan kaidah tata bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang baik,
baku, dan benar.
3.
Sistematika
Penulisan
Sistematika penjenjangan atau
peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan cara berikut:
(1) Judul ditulis dengan huruf besar
semua, di bagian tengah atas pada halaman pertama
(2) Sub Bab Peringkat 1 ditulis dengan
huruf pertama besar semua di tengah/center
(3) Sub Bab Peringkat 2 ditulis dengan
huruf besar-kecil rata tepi kiri
·
Sistematika
artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik);
nama dan alamat institusi, alamat email penulis, abstrak (maksimum 150 kata)
yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci (4-5 kata kunci);
pendahuluan (tanpa ada subjudul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan
pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil penelitian dan pembahasan;
simpulan; daftar pustaka/rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
JUDUL (ringkas dan lugas; maksimal 14 kata, hindari kata “analisis”, “studi”,
“pengaruh”)
Penulis 11 dan Penulis 22
1
Nama
instansi/lembaga Penulis 1
Alamat
lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
2 Nama instansi/lembaga Penulis 2
Alamat
lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
(jika
nama instansi penulis 1 dan 2 sama, cukup ditulis satu saja)
E-mail
penulis 1 dan 2:
Abstract: Abstract in English (125-150 words)
Keywords: 4-5 words/phrase
Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia
(125-150 kata)
Kata kunci: 4-5 kata/frasa
PENDAHULUAN
(berisi
latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, yang dimasukkan
dalam paragraf-paragraf bukan dalam bentuk subbab)
METODE PENELITIAN
Subbab
...
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subbab
...
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
4.
Artikel
diketik pada kertas kwarto berkualitas baik. Dibuat sesingkat mungkin sesuai
dengan subyek dan metode penelitian, biasanya 10-12 halaman dengan spasi satu,
untukk kutipan paragraf langsung diindent (tidak termasuk daftar pustaka).
5.
Abstrak,
ditulis satu paragraf sebelum isi naskah. Abstrak dalam dua bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak berisi tujuan, metode, dan hasil
penelitian.
6. a. Penulisan numbering kalimat pendek
diintegrasikan dalam paragraf, contohnya:
Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah (1) Menganalisis faktor-faktor pembentuk persepsi petani
terhadap pengembangan komoditas garut di Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo, (2) Menganalisis
persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut di Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo, (3)
Menganalisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk persepsi dengan
persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut di Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo
b. Penulisan bullet juga diintegrasikan dalam paragraf dengan menggunakan tanda
koma pada antarkata/kalimat tanpa bullet
7.
Tabel
dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) sebagai lampiran dicantumkan pada
halaman sesudah teks. Sedangkan tabel atau gambar baik di dalam naskah maupun
bukan harus diberi nomor urut.
a. Tabel atau gambar harus disertai
judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan
di bawah gambar.
b. Sumber acuan tabel atau gambar
dicantumkan di bawah tabel atau gambar
c. Garis tabel yang dimunculkan hanya
pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel sedangkan untuk
garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan
d. Tabel atau gambar bisa diedit dan
dalam warna hitam putih yang representatif
Contoh Penyajian Tabel
Tabel 1. Bentuk-bentuk Mobilitas Penduduk
No
|
Bentuk
Mobilitas
|
Batas
Wilayah
|
Batas
Waktu
|
1.
2.
3.
|
Ulang-alik
(commuting)
Mondok di daerah
tujuan
Menetap di daerah tujuan
|
Dukuh
Dukuh
Dukuh
|
6 jam atau lebih,
kembali pada hari sama
Lebih dari satu hari
tetapi kurang dari 6 bulan
6 bulan atau lebih
menetap di daerah tujuan
|
Sumber: Ida Bagoes, 2000
Contoh Penyajian Gambar
Sumber:
Komariyah, 2011
Gambar 1. Alat penakar hujan
terdiri dari 3 komponen, yaitu: tabung penampung air hujan, penutup tabung
berbentuk corong, dan gelas ukur 100cc yang telah dikalibrasi dengan gelas ukur
penakar hujan standar untuk menakar curah hujan.
8.
Cara
Penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah
dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan
pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut, contoh:
Wt = f (yt, kt, wt-1) (1)
9.
Keterangan
rumus, ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol sama dengan (=),
masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh:
Dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas modal, wt-1 adalah tingkat upah periode
sebelumnya.
10. Perujukan sumber acuan di dalam teks
(body text) dengan menggunakan nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada
halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah
titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama
pengarang aslinya.
Contoh:
· Buiter (2007:459) berpendapat
bahwa....
· Fatimah dan Daryono (1997)
menunjukkan adanya...
· Didit dkk (2007) berkesimpulan
bahwa...
· Untuk meningkatkan perekonomian
daerah ... (Yuni, Triyono, dan Agung Riyadi, 2009)
· Maya (2009) berpendapat bahwa ...
11. Setiap kutipan harus diikuti
sumbernya (lihat poin no. 10) dan dicantumkan juga dalam daftar pustaka.
Contoh:
Di dalam paragraf isi (Body Text) ada
kutipan:
Buiter
(2007:459) berpendapat bahwa ...
Maka sumber kutipan tersebut wajib
dicantumkan/disebutkan di dalam daftar pustaka:
Buiter,
W.II. 2007. The Fiscal Theory of the
Price Level: A Critique, Economic Journal. 112 (127):459.
12. Sedapat mungkin pustaka-pustaka yang
dijadikan acuan adalah pustaka yang diterbitkan 10 tahun terakhir dan
diutamakan lebih banyak dari jurnal ilmiah (50 persen)
13. Unsur yang ditulis dalam daftar
pustaka secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang, nama awal,
nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) judul termasuk sub
judul. (4) tempat penerbitan. (5) nama penerbit.
14. Referensi Online yang dianjurkan
dalam penggunaan bahasa Indonesia:
a) Glosarium kata baku dari Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan nasional Republik Indonesia: http://pusatbahasa.diknas.go.id/glosarium
b) Kamus Besar Bahasa Indonesia dari
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/
c) Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD):
http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-BID.PENGEMBANGAN.pdf
Langganan:
Postingan (Atom)